Cerpen Divisi Sastra "Sekawanan Kampung"

 Sekawanan Kampung

Karya: Suryadi

Dengan penuh konsen trasi Nasim mualimengitai mangsanya, bulu kuduk mulai berdiri. Nasim melompat dan menerkam mangsa, dangan kawan lain. Nasim lebih cepet dari musuh-musuhnya.p Kawana-kawana tua yang di atas tetap fokus berpuisi, sambil menikmati puisinya. Nasim merangkul mahluk berekor panjang keatas, dengan rasa banga Nasim kembali ketempat semula, kawan lain menatap iri kepada nasim.

Pada sorehari Peluh menetes, dengan nafas sedikit lesu. Pak Addol mendeklarasikan satu rumah kerumah yang lain. Salah satu rumah yang dikunjungi adalah rumah Nasim. Dengan sedikit ngantuk nasim keluar menemui Pak Addol.

 "Kerumah, ya." jawab Pak Adool.

Setelah menemui Pak Addol, Nasim yang baru saja bangun dari tidur siangnya langsung ke kamar madi untuk bembersihkan wajah nya, setelah Nasim selesai membersikan wajh nya.

Terlihat segerombolan kawanan yang sudah berangkat. Tanpa berfikir panjang, Nasim berangkat bersma dengan mereka. Dengan suara berisik, Nasim mengatur ancang-ancang dan pemanasa, untuk mendapat kan satu benda kuning berekor. Bangunan tua yang masih kuat dengan kain kafan di setiap sudut atas, dan atap yang berbentuk segitiga dengan kayu-kayu yang sedikit keropos. Tak menjadi halangan bagi sekawan kampung

"Begitu lama saya menatikan ini." Nasim bergeming dalam hatinya.

"Ampon cokop bisa emolain (sudah cukup bisa dimulai)." Tutur Pak Addol kepada pemimpin kawanan itu (Modin).

Nasim dan sekawan anak sastra kampung itu ada di langgar paling bawah. Sekawanan sesepuh sastra di atas Modin sudah mulai membaca sastra nya. Diikut semua kawanan Nasim yang sudah siap dangan tangan yang menempel ke kayu. Nafasnya mulai tidak teratu, jantunya berdetak dengan kencang dan dia mulai gemetar. Tak lama Nasim langsung melompat dengan satu tarikan nafas, kawanan kampung lengsung mengikuti. Langgar bergoyang tapi tetap kokoh menahan, Nasim mendapat kan nya. Danga rasa bangga dia tunjukkan keteman-temannya. Nasim pulang denga hadiah di bungkus pelastik, dengan bangga Nasim membawa dengan menenteng ( membawa) ekor kelapa seharga dua ribu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukun-dukunan

Kisah Cinta Hari Rabu

Pagi Bening