Naskah Drama "Perempuan Damar Kambanng"
PEREMPUAN
DAMAR KAMBANG
Karya:
M. Suryadi
Adaptasi
novel Damar Kambang karya Muna Masyari
Devi:
Nurul muda
Mega:
Siti
Vika:
Nurul
Eva:
Romli
Muhid:
Jamal
Scene1
Panggung
2
(Lampu
nyala)
Suara
musik mulai menggema di tengah-tengah
heningnya panggung dua sosok laki-laki sedang memegang ayam jantan, laki-laki
itu bertaruh, agar nama mereka tidak tercoreng dari pengkat belater kemudia
mereka mengeluarkan ayam dari tempatnya sorak-sorak orang membuat dua lelaki
itu menggebu-gebu pada akhir salah satu darinya ada yang kalah.
Jamal
: ayo kita
mulai.
Romli:
hhhhhhhhhhh.
Panggung
1
Seorang
wanita tua duduk di gardu sedang melamun kemudian menghidupkan damar kambang
dan perlahan berjalan mengelilingi ayam, damar kambang itu mati kemudian
dihidupkan lagi dan mati lagi begitu seterusnya mengingatkannya pada waktu
pernikahannya dahulu. Suara seruling terdengar suasana tegang di tengah
heningnya panggung puluhan tahun perempuan tua itu menyimpan segala luka masa
lalunya, namun dimalam ini luka yang ia simpan dengan begitu rapi tiba-tiba
memberontak. Rasa ingin bersuara membela perempuan di masa sekarang agar tidak
bernasib sama dengannya.
Nurul: “Sebelum kalian menganggap
saya perempuan murahan, saya sudah siap menerima omongan para tetangga itu,
bahkan cacian paling buruk sekalipun. Tapi sebelum itu, izinkan saya
mengungkapkan apa yang telah lama terbungkam. Sebelum saya seperti ini,
keluarga saya adalah petani yang setiap harinya bekerja di ladang orang, untuk
mendapatkan sesuap nasi bahkan kami harus berhutang pada kerabat untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Hidup saya berubah ketika keluarga menjodohkan saya
dengan juragan tambak sebagai alibi untuk mengangkat derajat keluarga kami.
Yaaa.. Lelaki itu sangat angkuh, dia pemabuk dan tukang judi. Bahkan dia...
Siti: “Arghhhhhhhhh diam kau ...
berisik!!”
(lampu
mati)
Panggung
2
MC: “Selamat malam semuanya!
Bagaimana kabarnya hari ini? Pastinya, kalian sudah tidak sabar untuk
menyaksikan pementasan pada malam ini, kan? Sebelum sandiwara ini dimulai,
dengarkanlah retapan para perempuan ini. Sebentar lagi kita akan hadirkan
sebuah pementasan yang menguras emosi para kaum bajingan. Baiklah, tanpa
berlama-lama, pementasan dengan judul naskah Perempuan Damar Kambang karya M.
Suryadi adaptasi novel Damar Kambang karya Muna Masyari. Selamat menyaksikan!”
(Suasana
tenang siang itu, sepasang suami istri terlihat duduk bersantai di ruang tamu.
Sang istri memijat kepala Jamal dengan tertawa renyah. Tak lama kemudian, Romli
datang ke rumah Jamal untuk mengambil sertfikat tambak. )
Romli
: “Jamal!
Jamal!keluar kamu”
(Tak
lama pintu terbuka)
Nurul
muda :“siapasih
terik-teriak (nurul menggerutu) andi
siapa datang kerumah orang teriak-teriak?”
Romli
tercengang dengan kecantikan Nurul muda, lelaki
itu memandangi tubuh Nurul muda dari atas sampai bawah.
Romli : “ehmm…. mana suamimu ?”
Nurul
muda : “ada
perluapa anda dengan suami saya!”
Saat
kepergian Nurul muda, Romli tak berhenti memandangi tubuh indah Nurul muda.
Romli datang menemui Jamal yang tengah menghisap rokoknya.
Romli: “Jamal. Sudahlah lama saya tidak melihat batang
hidung mu”
Jamal: “tidak perlu basa-basi
terlalu lama
Romli
Romli: “Memang
nasib baik selalu datang kepada saya dan sepertinya Tuhan meridhoi jalan saya.”
Jamal : “Omonganmu seperti dunia dan
seisinya berada di tanganmu, ingatlah
itu hanya keberuntungan sesaat”
Romli: “kamu memang keras kepala
Jamal, kamu tak mau mengakui kekalahanmu. akui saja kekalahan yang sepatutnya kamu
rasakan”
Jamal: “Jangan banyak bicara kamu!”
Romli
: “ tenang
jamal kamu pusa-puaskan saja memegang sertifikat itu sebelum banda itu menjadi
milik saya”
Jamal
: “sombong
amat ini hanya sementara romli sertifikat ini akan sayaambil kembali dari
tanganmu”
Romli : “hhhhhhh”
(lampu
mati)
Panggung
1
Scene
2
Suasana
tenang. Nurul duduk di kursi sambil nyinden diiringi air mata yang perlahan
menetes. Disela-sela suara sinden, tiba-tiba siti mengahampiri
Nurul: “Adu gusteh ... melas onggu nasib
bulâ!
Odi’
nna reng bini’ tak se nyaman oca’ nna oreng
Bhâdân
bulâ e papadah, sa arghâh bhân-ghibhân kabhinan
Bhâdân
bulâ gâmpang e ka gebey bârang taroan
Areya
odi’ nnah potre damar kambang”
Siti: “Hai orang gila kamu merasa seolah hidupmu paling
menyedihkan, kamu lupa siapa yang membuat nasib saya sampai seperti ini?” semua
ini karnamu! Ingat itu!
Nurul: “kamu tidak tahu apa yang
sebenarnya terjadi.”
Siti: “Diam, apa kamu tahu? Saya
sangat bahagia dengan kehidupan saya dulu. Semasa hidup Romli, dia sangat
memanjakan saya, dia sangat antusias
membawa sesuatu untuk di bawa pulang, memang uang yang suami saya bawa tidak lain
dari hasil taruhan tetapi apa peduli saya? Bukankah itu berarti dia sangat peduli
padaku?”
Nurul:
(Mengusap air matanya) “bohong, semua yang laki-laki itu berikan padamu adalah
kebohongan, kamu hanya mendengar cerita dari satu pihak saja, kamu menutup
telinga dengan apa yang dilakukan laki-laki itu terhadap saya. Apakah salah jika
saya membeladiri?”
Siti: “Membela?
Pembelaan macam apa yang kamu maksud? pembelaan seperti apa yang telah kamu
lakukan? apa dengan merenggut nyawa seseorang
itu adalah sebuah pembelaan? Ingat Nurul kamu tidak lebih dari wanita bajingan
yang merenggut kebahagiaan perempuan lainnya. Berhentilah menganggap dirimu
korban, kamu adalah pelaku yang tega menghabisi nyawa orang”
Nurul:
“Seandainya kamu tahu kebenaran yang sesungguhnya, apakah kamu akan membela
suamimu itu? Lagipula saya tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, rumah tangga
macam apa yang kalian bangun? Kamu membiarkan suamimu bermain judi diluar sana dan
kamu merasa hidup seperti itu adalah sebuah kebahagiaan?”
Siti: (Menampar nurul)
(Lampu mati)
Panggung
2
Jamal: “Simpan baik-baik
sertifikat itu, akan saya ambil secepatnya.”
Romli: “Lebih baik kamu mencari
dukun yang lebih hebat dulu, baru saya serahkan surat-surat ini. Sebelum kamu
menemukan dukun yang lebih hebat, Kamu tidak akan menang melawan saya.”
Jamal: “Bicaramu begitu tinggi
seolah merenggut langit, tanpa kamu sadari saya sudah menyiapkan ayam terbaik,
untuk mengalahkanmu!”
Romli: “Apa kamu sudah yakin
dengan ayam sialanmu itu sepertinya kamu tidak pantas menjadi kaum belater” .
Jamal: “Bedebah, siapkan saja
ayammu bangsat dan berikan taruhannya lebih besar lagi
Romli: “ ayam terbaik suadah saya siapkan untuk menyambut kekalahan
keduamu,”
Jamal: “Tutup mulutmu!”
Romli: “Kenapa? Apa kamu takut?
Kamu tidak mencerminkan sikap belater sama sekali Jamal.
Jamal: “Kurang ajar! Berani
sekali kamu menghina saya, baiklah saya terima tawaranmu!”
Romli: “jangan terburu-buru jamal
saya bawa sertifikat ini dulu dan kamu
siapkan diri untuk pertaruhan berikutnya saya pamit pulang dulu untuk menikmati
kemennangan ini, oh ya jamal! Supaya permainan ini
dikenang orang-orang, bagaimana jika pertandingan kali ini kita pertaruhkan
sesuatu yang lebih besar lagi? (romli pulang sambil membawa sertifikat)
Jamal : (Jamal duduk
sambal menahan emosi)
Nurul Muda : “Tadi itu
siapa mas”
Jamal:
“mulai
sekarang kamu tidak perlu lagi pergi ketambak
Nurul
Muda: “apa yang sudah kamu lakukan dengan tambak kita mas, kamu tahu bahwa tambak kita adalah
satu-satunya penghasilan kita”
Jamal:
“kamu tidak
perlu tahu urusan laki-laki”
Nurul
muda :“sudah cukup mas berhentilah bermain taruhan yang
tidak jelas pemenangnya”
Jamal:
“janga kamu beri-berani mencampuri urusan saya”
Nurul muda:
“apa yang sudah kemu lakukan sangat keterlaluan mas, saya tidak sengaja
dengar percakapan kalian tadi, kamu mau taruhan lagikan dan parahnya lagi
taruhannya lebi besar lagikan mas”
Jamal: “plaak” Ini akibat nya kamu melawan saya.
(Jamal mengabil ayam jagonya lalu menujuh tempat
sabung ayam)
Tiba-tiba
ditengah pementasan MC masuk
Panggung
1
MC:
“Stop
sebelum kita menyaksikan sebuah pertaruhan sengit antara jamal dan romli, para penonton
harus tahu bahwa pementasan ini di seponsori oleh.....oke oke oke tanpa
berlama-lama mari kita dengarkan bersama adu mulut para perempuan diatas”
Scene
3
Siti:
“Tentu,
rumah tangga kami selalu dikelilingi kebahagiaan, dan kamu.. kamulah penyebab kehancuran
kebahagiaan saya. Kamu adalah awal permasalahan ini. Kamu pembawa sial, tidak
heran jika dulu suamimu dengan mudah menyerahkanmu, dasar perempuan murahan
penggoda suami saya”
Nurul: “Kenapa selalu saya yang kamu
salahkan? Jelas-jelas lelaki itu yang bodoh, karena terlalu menjunjung harga
dirinya. Yaa, kisah ini di mulai ketika para laki-laki bajingan itu kalah
taruhan. Lelaki itu adalah suami saya yang menjual harga diri saya demi
mempertahan-kan harga dirinya sendiri.”
Siti:
“Sssssssst,
diam.. Aku tidak ingin mendengarnya!.”
Nurul: “Siti, Kita sama-sama di
peralat dan di perbudak oleh para lelaki. Lelaki memang bodoh dan angkuh? Kamu harus mengakui bahwa pada
hari itu suamiku dan suamimu pergi ke tempat sabung ayam, mereka bertaruh rumah beserta isinya termasuk
kita. Saat itu, para lelaki itu sama-sama
menyimpan celurit di punggung mereka. ”
Siti: “Diam!
diam kamu perempuan sundel! Kamu iri dengan keluarga saya, oh ya.. saya baru
ingat rumah tanggamu adalah hasil dari tradisi damar kambang yang gagal,
bukankah api yang mati lalu berusaha kamu hidupkan hingga akhirnya mati kembali
adalah sebuah pertanda rumah tanggamu tidak akan baik-baik saja. Oleh karna itu
kamu merusak kebahagiaan saya”
Nurul: “Cukup
Siti”
MC: "Para hadirin yang
saya cintai, Mereka ini golongan orang kurang modern atau bisa dibilang kolot
karena terlalu menjunjung harga dirinya hahahaha.. di zaman sekarang ini sudah
tidak relevan rasanya jika harus mempertaruhkan harga diri demi sebuah gengsi,
sekarang sudah zaman robot, handphone, dan AI. Kisah kalian sangat-sangat
mengenaskan hahahha......
Panggung
2
Sore
itu Jamal dan Romli melakukan sabung ayam, pertarungan berjalan begitu sengit.
Romli: “Ahahaha, lihatlah pecundang! Aku berhasil mengalahkanmu. Detik ini juga rumah
beserta isinya menjadi milikku sekaligus istrimu.”
Jamal: “Tidak, perjanjiannya
tidak seperti ini perjanjian yang kita sepakati adalah rumah beserta isi nya tapi
bukan termasuk istri saya!”
Romli: “Hanya manusia bodoh yang
menerima taruhan tanpa berpikir dahulu, bukankah istrimu jugak termasuk dari
isi ruamah ini, ingat! pantang bagi seorang belater ingkar janji.”
Jamal: “Kamu sudah
mempermainkanku, Romli!”
(Jamal
mengeluarkan celuritnya dan menyerang Romli namun dengan sigap Romli juga
mengeluarkan celurit dipunggungnya. Pada akhirnya serangan terakhir dari Romli
membuat Jamal tumbang. Kemenangan itu menjadi awal kehancuran Nurul.
Romli
manuju ke rumah Jamal dengan tidak sopan langsung masuk kerumah Jamal, Romli
meletakkan celuritnya di meja dan mengagetkan Nurul yang sedang menyapu rumah).
Panggung2
Nurul:
“Apa yang
kamu lakukan dirumah saya?”
Romli: “Rumahmu? Tidak!, Rumah
ini dan seluruh isi nya termasuk kamu, sekarang menjadi milik saya!”
Nurul
Muda: “Apa
maksudmu? Dimana suami saya! Katakan!”
Nurul
muda menghindar ketika Romli mencari kesempatan menyentuhnya
Romli: “Kamu tidak perlu mencari
lelaki pecundang itu, lebih baik kita bersenang-senang Kamu sangat cantik hari ini, perempuan sepertimu
harus diperlakukan dengan lembut bukan?” (Romli menyentuh pipi Nurul)
Nurul
muda: “Jangan
kau berani menyentuh saya sedikitpun!”
Romli: “Ayolah, kita rayakan
kemenangan hari ini” (Menarik tangan nurul )
Nurul
muda: “Tidak
lepaskan saya ... lepaskan saya .... Tidaaakkkkk .... jangan”
(LAMPU
MATI)
Panggung
1
Scene
4
Siti
marah dengan mata yang berair, ruangan
menjadi tegang karena pertengkaran Siti dan Nurul.
Nurul:
“Cukup! kenapa
bicaramu merembet kemana-mana, tradisi itu tidak ada hubungannya dengan kehidupan
keluarga saya.”
Siti:
“tentu ada nurul”
Nurul:
“Diam! Duduk baik-baik dan dengarkan cerita yang sebenarnya. Kamu tau apa yang
dilakukan suamimu? suamimu membunuh suami saya, si Jamal laknat itu.”
Siti
: “Saya
tidak mau mendengarkannya!”
Nurul:
“Diam, kukatakan padamu sekali lagi diam! Dua puluh enam tahun yang lalu, setelah
suamimu membunuh si jamal, dia datang ke rumah saya, dengan lantang dia berkata
bahwa saya sudah menjadi miliknya, dia menggerayangi tubuh saya... Saya mencoba
menolaknya, tetapi tidak bisa, dia tetap memperkosa saya, Saat itu, harga diri
saya serasa diinjak injak. perempuan mana yang merelakan tubuhnya ditiduri
lelaki yang bukan suaminya? Oleh karna itu setelah Romli terbaring lemah saya mengambil celurit
yang dia letak kan di meja. Lalu saya tebas sampai dia tidak bernyawa.”
Siti:
“lalu
bagaimana dengan saya? Hidup saya terlalu bergantung padanya, jika kamu tidak membunuhnya
mungkin hari itu kami sudah merayakan kemenangannya, tapi akibat ulahmu bukan
kemenangan melainkan jasad yang berlumuran darah, menurutmu siapa yang harus
disalahkan? Orang mati itu? sadarlah!!”
Nurul: “Tidak, kamu dan semua
orang harus menyadari bahwa perempuan bukan barang dagangan yang bisa di pertaruhkan
dengan harga berapa pun. Lihat perempuan juga bisa jadi harimau yang buas saat harga
dirinya di injak-injak, perempuan tidak bisa di beli dengan harga berapa pun! Sadarlah
Siti dan semua yang berada disini, buka mata kalian dan terimalah fakta.”
Siti: “Fakta bahwa kamu
pembunuh, Ya, Setelah ditinggal sendiri. Saya menjadi buta dan tuli terhadap
fakta. dua puluh enam tahun berlalu, saya masih tenggalam dalam luka lama. Saya
selalu menutup mata akan fakta bahwa kamu adalah korban. Dada ini tetap saja tercabik-cabik,
Dada ini berubah lapuk dan keropos ketika di hadapkan pada nasib yang sangat
menyedihkan kecuali nanti kamu punya kekuatan untuk melawan kekeroposan itu. Saya
tahu apa yang dilakukan suami saya adalah hal yang salah, tapi tidak seorangpun
yang membenarkan tindakan yang kamu lakukan. Lalu apa bedanya kamu dengan suami
saya?
Nurul: “kamu benar siti, saya
menyadari hidup perempuan seperti papan di lumut rayap. Saya menyadari bahwa tindakan
yang saya lakukan pada saat itu adalah sebuah kesalahan besar. Saya menyesali kejadian
waktu itu. Maafkan saya”
(siti
menghampiri nurul dan mengelus punggungnya sembari meratapi kejadian kelam yang
menimpa mereka)
Nurul:
“Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama, Wahai para lelaki yang
menjunjung tinggi harga diri, kalian merasa paling berkuasa? hingga memperbudak
perempuan, memanipulasi perempuan, dan mempertaruhkan perempuan. Kalian para
lelaki dengan mudahnya memperdagangkan perempuan dan membuat seorang perempuan
hidup bergantungan pada sosok lelaki. Yaa..
Begitulah hidup perempuan di zaman itu.”
SELESAI!
Komentar
Posting Komentar