Naskah Drama "Selamat Menyaksikan"

 SELAMAT MENYAKSIKAN

Adaptasi kumpulan novel:

1. Perempuan dititik nol karya Nawal El-Saadawi

2. Tuhan, izinkan aku menjadi seorang pelacur karya Muhidin M. Dahlan

3. Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad tohari

Setting 3 panggung. Secara bergilir mereka akan menceritakan perjalanan seseorang yang banyak orang menilai bahwa ketiga pemeran utama dinaskah ini adalah seorang pelacur.

Scene 1

Panggung 1

Disebuah lorong sepanjang jalanan malam nampak seorang perempuan sedang duduk sendirian di bawah lampu-lampu jalan.

Firdaus : “Perjalanan hidup yang aku lalui begitu panjang. Aku mempelajari banyak hal, salah satunya tentang ibuku. Ya! Ibuku! ibu lebih memilih menyuruhku untuk pergi ke ladang. sebelum matahari mulai muncul, ibu menyentuh bahuku dengan tangannya sedemikian rupa (gerakan menampar pipi) sehingga aku akan terbangun. Tak hanya itu, ibu lebih memilih pergi ke pasar untuk mencari apa saja yang bisa ia kerjakan disana, sehingga, mendapatkan rupiah dan membawa berbagai barang belanjaan untuk dijual kembali di rumah. Saat itu, yang ada dibenakku adalah mengapa bukan ayah yang mengerjakan itu semua? Dimana ayahku? Dimana ayah ku berada?

Panggung 2

(Disebuah kamar pribadinya, Nidah termenung sambil membayangkan dirinya tengah menceritakan kisah hidupnya kepada seluruh dunia termasuk kepada tuhannya).

Ayah? Siapa ayah? Aku Nidah Kirani. Seorang perempuan yang taat. Tidak ada kewajiban yang tidak, aku kerjakan bahkan sholat, puasa, berinfaq, adalah rutinitas yang tidak pernah aku tinggalkan. Hampir seluruh waktu ku habiskan untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Dan ya, jilbabku dulu tak sependek ini, jilbab yang ku pakai begitu panjang hingga menutupi seluruh tubuhku. Tapi kini? Yaa.. kini semuanya berubah. Kalian ingin mendengarnya? Oh tidak, KALIAN HARUS MENDENGARKAN KESAKSIANKU INI!

Aku adalah seorang perempuan yang taat.

Suara orasi lembaga kiri: Ayo... ayoo.. para mahasiswa baru bergabung bersama lembaga kami, pastinya lembaga kami sejalan dengan syariat islam. Mengamalkan ajaran al-quran dan meluruskan aturan-aturan yang menyimpang di UUD dan Pancasila. Kita akan memperbaiki amal sholeh dan aqidah sesuai dengan ajaran islam.. ayo, ayo.. bergabung bersama kami. KARI BERJIHAD BERSSMA!

Ya, Akupun termakan oleh bualan-bualan mereka. setelah berada didalamnya aku merasakan banyak keganjalan. Yang ku temui malah sebuah omong kosong belaka. Tak ada perjuangan didalamnya, tak ada pembaharuan-pembaharuan ataupun usaha untuk mewujudkan visinya. Bahkan kewajiban seperti Sholat pun jarang dikerjakan (padahal bukankah itu suatu kewajiban?) Seniorku pernah bilang “Dek, sholat memang tak wajibdikerjakan sebab, semua waktu digunakan untuk berjuang bukan untuk sembahyang.” Tapi beginikah bentuk perjuangan? ukhti-ukhti disini lebih mementingkan materialistik dibanding mempertajam visi perjuangan dengan jalan mengasah wawasan dan diskusi. Tapi lagi-lagi aahh sudahlah, aku hanya seorang aktivis pemula. Lagipula itu hanya sebagian, toh masih banyak juga dari mereka yang memang berniat untuk mewujudkan cita-cita mulia itu. Stttt..... itu hanya sepenggal kisahku.

Panggung 3

 (Didepan teras rumah, Srintil menceritakan kisah hidupnya)

 Inilah kisah hidup inyong. inyong? Nama inyong srintil. Inyong adalah seorang ronggeng di desa Dukuh Paruk. Ceritanya panjang sekali, inyong tidak pernah menyadari bahwa inyong mampu menirukan tarian ronggeng. Bagaimana tidak, seumur hidup inyong tak pernah sekalipun melihat pentas ronggeng. Ya, ronggeng terakhir di Dukuh Paruk sudah lama tiada sedari inyong masih bayi, bersamaan dengan meninggalnya orang tua inyong dan sebagian warga desa. Mereka mati, mereka mati karena makan tempe bongkrek buatan mak’e. Kata kakek “Wah... cahaya itu, seperti yang dikatakan oleh kartarejo. Apakah ini sebuah pertanda bahwa ronggeng lama akan digantikan oleh ronggeng baru?” Dan benar saja inyonglah ronggeng baru itu. Dukuh paruk tempat inyong dilahirkan ini memiliki kepercayaan yang sangat kuat. Ronggeng sejati bukan hasil pengajaran, bagaimanapun diajari seorang perawanpun tidak bisa menjadi ronggeng kecuali roh indang telah merasuk ke tubuhnya. Sedangkan inyong. pada suatu hari penduduk desa melihat inyong menari dengan mata setengah tertutup. Kata mereka, lenggok leher inyong, lirik mata inyong, bahkan cara inyong menggoyangkan pundak layaknya seorang yang telah dirasuki indang ronggeng. Sangat indah. Ya, Indah seperti saat inyong pertama kali berjumpa dengannya. Dia adalah rasus sosok lelaki yang inyong kenal sejak kecil, Sosok laki-laki yang hanya dapat inyong taklukan dalam mimpi.

Rasus, Rasus, Rasus, Rasus. Nama Rasus membawa ingatan inyong pada malam buka kelambu, dimana dimalam inyong harus merelakan keperawanan untuk siapa saja yang bisa membayar inyong dengan harga tertinggi. Ya, pak Kartareja melelang keperawanan inyong. inyong berpikir, ternyata begitu sulit persyaratan menjadi seorang ronggeng. Dipuncak kegelisahan inyong, tiba-tiba rasus muncul, rasus dia begitu gagah wajahnya begitu merah diterpa cahaya. entah kenapa inyong merasakan sesuatu yang berbeda, inyong pasrahkan tubuh inyong padanya. Rasanya lebih masuk akal ketika inyong memberikan keperawanan inyong kepada rasus, perlahan inyong tinggalkan semua pakaian inyong dan sisanya alamlah yang mengajarkan. Alam membawa inyong bermain dalam pelukan hangat Rasus dengan begitu mudahnya.

Scene 2

Panggung 1

Di ruangan apartemen mewah madam dan firdaus berbincang-bincang, madam merias dan menata rambut firdaus sembari menunggu pelanggannya.

Firdaus : “Terima kasih banyak madam, aku tidak tahu apa yang terjadi jika waktu itu aku tak bertemu denganmu”

Madam : “Berterima kasihlah pada tubuhmu firdaus.”

Firdaus : “kenapa?”

Madam : “Kau cantik, kau pintar dan ada satu hal yang tak kau sadari tentang dirimu sendiri”

Firdaus : “Apa itu, madam?”

Madam : “Baik tubuhmu, tubuhku, dan tubuh seluruh perempuan di muka bumi ini memiliki harga dan harga yang paling rendah adalah seorang istri yang diperbudak”

Firdaus : “Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, Madam? Apa maksudmu?”

Madam : “Tak perlu memaksa untuk memahaminya firdaus. Seiring berjalannya waktu kau akan mengerti dengan sendirinya. Saat ini yang perlu kau perbuat adalah menikmati segala bentuk takdir yang akan menghampirimu”

 Ditengah-tengah obrolan asyik madam dan Firdaus tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar apartemen.

Madam : “Kau dengar itu? Takdir selanjutnya telah menantimu, beri semua yang kau bisa firdaus dan ingat, kita hanya bekerja! tak ada kenikmatan yang abadi selain kehidupan yang aman bagi perempuan seperti kita”

 Firdaus menganggukkan kepala dan keluar dari panggung.

Madam : “ tak ada kenikmatan yang abadi selain kehidupan yang aman bagi perempuan seperti kita, sepertimu Firdaus.”

Panggung 2

Tak ada kenikmatan abadi. Ya, jangankan kenikmatan, lambat laun aku mulai merasakan kesengsaraan, aku merasa makin jauh dari-Mu Tuhan. Bagaimana tidak, 4 bulan aku menjalani masa karantina, oh ya, aku belum cerita kekalian kenapa aku sampai di karantina? Jadi pada saat itu aku sedang gencar-gencarnya bersemangat untuk menyerukan dakwah di desa kelahiranku tentang cita-cita jemaah yang ku bawa ini. Ternyata desusku terdengar oleh aparat keamanan setempat, oleh karnanya aku diungsikan oleh seniorku ke sebuah kos an yang tak jauh dari kampusku. Kalau tak begitu, mungkin saat ini aku sudah berada dalam penjara. Setelah dirasa kondisi cukup aman aku bersemangat untuk kembali ke pos jemaah dan bergabung lagi bersama sahabat-sahabat sperjuanganku. Tapi disana aku hampir tak percaya melihat para sahabat seperjuanganku yang makin sibuk mengurusi dirinya sendiri. Belum lagi aku harus menghadapi stigma buruk dari masyarakat yang akan mengucilkanku. Atas keadaan itulah akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan Jemaah yang selama ini ku perjuangkan.

Hingga pada suatu hari ditengah badai kekecewaan itu aku bertemu dengan sosok lelaki, dia bernama Daarul Rachim, ketua forum studi mahasiswa kiri. Dia kritis dan berwibawa, kami sering berdiskusi dan bertukar cerita hingga larut malam. Itu adalah kali pertamanya aku merasakan jatuh cinta pada sesosok lelaki. Aku merasa duniaku kembali hidup. Aku merasa bahwa Tuhan adil denganku. Tapi tiba-tiba dia meninggalkanku, dia meninggalkanku dengan alasan karena dia telah memiliki seorang perempuan lain. Padahal, kami telah melakukan semuanya bersama. Ya, SEMUANYA! Ahh bullshit tak ada yang dapat ku percaya lagi, aku telah hancur, aku telah rusak, aku kotor! Tuhan, sekali lagi Kau telah mempermainkanku! Baiklah jika itu mau-Mu Tuhan. Baiklah, permainan lama-Mu telah berakhir. Kukatakan padamu aku adalah pecundang, aku adalah sang kalah! Aku memutuskan untuk menjauh darimu dan mulai menghampiri dunia yang kelam, dunia yang sama sekali tak pernah ku fikirkan untuk berada didalamnya.

Jika memang tak ada belas kasih-Mu untukku Tuhan, mengapa saat aku ingin mengakhiri hidupku kau tak membiarkannya? Apa mau-Mu Tuhan? Katakaan! Bagaimana aku bisa mengucapkan rasa terimakasih pada-Mu?

Panggung 3

Jangankan terimakasih, rasus malah meninggalkan inyong. Bukankan seharusnya dia berterima kasih pada inyong karna dialah yang berhasil mendapatkan keperawanan inyong. Inyong tidak mengerti, apakah karna rasus tidak ingin memiliki istri seorang ronggeng? Apa rasus lupa, bahwa seorang ronggeng harus siap melayani para lelaki karna itu adalah sebuah kehormatan. Bagaimana tidak? Sepasang suami istri yang tidak bisa memiliki keturunan akan datang ke inyong dan memberikan suaminya untuk tidur bersama inyong. Hal itu dipercaya akan diberi kesuburan. Itu memang adat di desa kami dan itu memang nyata.

 “sindok cah ayu, kowe kudu tetap nari, kowe kudu tetep dadi ronggeng demi kesejahteraan dukuh paruk iki” Ahhh.. begitu sulit persyaratan menjadi roggeng dan mencintai rasus secara bersamaan. Tapi benar kata kartareja inyong harus tetap menari demi kesejahteraan dukuh paruk ini. Lagipula begitu panjang persyaratan menjadi seorang ronggeng, mulai dari memasang susuk emas ditubuh inyong dan ditiupnya mantra pekasih agar orang-orang tertarik pada inyong, hingga harus bertapa di makam ki secamenggala agar diberi restu untuk menjadi seorang ronggeng seutuhnya. Biarlah Rasus pergi dengan membawa kenangan kami.

Scene 3

Panggung 1

Sepulang dari kencan manis dengan pelanggannya Firdaus kembali ke Apartemen madam. Madam menyambut kedatangan Firdaus dengan penuh gairah.

Madam : “Kau sudah pulang sayang.. Bagaimana, Apa kau lelah? Beristirahatlah!”

Firdaus : “Sebentar, ada satu hal yang ingin ku tanyakan padamu”

Madam : “ Apa itu Firdaus?”

Firdaus : “Mengapa aku tidak merasakan apa-apa?"

Madam : "Kita bekerja, Firdaus, hanya bekerja. Jangan mencampuradukkan perasaan dengan pekerjaan."

Firdaus : "Tetapi aku ingin merasakannya, Madam, seperti yang ku rasakan waktu melakukannya bersama Yudha."

Madam :"Yudha? Apakah ia memberimu rasa nikmat? seberapa lama rasa nikmat yang kau rasakan hingga pada akhirnya kau ditinggal olehnya? Jangan bodoh firdaus, kita bekerja dan ingat 1 hal ini. Jangan menggantungkan hidupmu atas nama cinta. Dalam perkara ini kau tak akan memperoleh apa-apa dari perasaan kecuali rasa nyeri."

Firdaus : "Apakah tak ada rasa nikmat yang bisa diperoleh, sekedar secuil rasa nikmat?"

Madam : “Apa kau lupa tentang kisah dimasa lalumu itu? Hendra, pamanmu bahkan para preman jalanan dan semuanya apakah kau merasakan kenikmatan ketika bersama mereka? Tidak bukan? Kau tak mendapatkan apapun dari mereka, kau hanya melakukan semua itu lantaran keadaan yang memaksamu, bahkan 1 Rupiahpun tidak!

Firdaus : “Ya, kau benar Madam. Aku masih ingat bagaimana suamiku si tua bangka itu, ia memperlakukanku bak budak yang telah ia beli dari sebuah agensi. Lalu Pamanku, yang ku kira bahwa aku akan mendapatkan rumah yang nyaman saat berada dengannya namun ternyata ia hanya menginginkan tubuhku. Lalu.. Pak Hendra”

Panggung 2

 Aku membencimu! aku membencimu Darul Rachim, karnamulah kesengsangsaraan di hidupmu semakin bertambah!

Panggung 3

 Ya benar, Rasus, Dia meninggalkan inyong setelah malam bukak kelambu itu!

Panggung 1

Madam : “Pak Hendra yang menampungmu saat kau kabur dari rumah suamimu ternyata tak jauh berbeda dengan suamimu”

Madam : “Ya, itulah lelaki. Firdaus, siapa saja di antara mereka itu tak akan ada bedanya. Mereka sama saja, semua anak anjing, berkeliaran di mana-mana dengan nama yang bermacam-macam. Firdaus, Apakah kau tidak merasa nikmat makan ayam panggang dan nasi yang kuberi? Tidakkah kau merasa nikmat mengenakan baju yang lembut dan bersih ini? Tidakkah kau merasa nikmat berdiam di apartement yang hangat lagi bersih ini, dengan jendela-jendela yang memiliki pemandangan ke arah laut? Tidakkah kau merasakan banyak perubahan dihidupmu sedari 2 minggu hidup bersamaku? Nikmati takdir hidup ini firdaus dengan begitu kenikmatan akan selalu hadir di hidupmu"

 Rabaan yang dilakukan madam kepada Firdaus membuat Firdaus merasa risih dan seketika Firdaus menampis tubuh madam yang makin lama makin mendekatinya.

Firdaus : “Apa yang kamu lakukan madam! Menjauhlah dariku!”

Madam : “Kau ingin merasakan kenikmatan itu bukan? Mari lakukan itu bersamaku”

Firdaus : “apakah, dengan melakukan itu aku akan mendapatkan kenikmatan?”

Madam : “Mari lakukan saja, lakukan persis seperti yang kau lakukan bersama”

Panggung 2

Daarul Rachim? Lelaki yang pertama kali melukai keperawananku dan tak bertanggung jawab atas perbuatannya. Ya, setelah kejadian itulah aku memutuskan untuk bermain pada siapa saja sebagai bentuk rasa kekecewaanku padamu Tuhan! wandi, seorang Mahasiswa Kampus Matahari Terbit berdarah Makasar. Dengannyalah aku mulai bermain-main pada semua lelaki yang ku kenal. Lalu hadirlah Rahmanidas Sira. Malang betul nasibmu Midas, aku mengenalmu jauh sebelum mengenal para lelaki itu, tapi tak apa, kamupun akan merasakan getirnya berada disampingku. Dan selanjutnya Kusywo seorang penyair yang waktu itu memberikan seminar di kampusku telah berhasil kululuhkan juga. Hahaha...

setelah sekian lama berkelana menjajahi banyak lelaki aku mulai bosan dan aku kembali menyelesaikan skripsi yang telah lama kuanggurkan. Huft, Nampaknya tak mudah jika menggunakan cara halal. oleh karnanya, aku harus menggunakan keliaranku untuk menarik perhatiannya. Wah dan benar saja ia luluh dan tak selang beberapa minggu aku aku mendapatkan tiket kelulusanku. Setelah lama kami bermain, kami bertukar cerita. Dan aku menceritakan keinginanku untuk menjadi seorang pelacur yang memiliki tarif, Sebab jika ku pikir-pikir tak ada gunanya selama ini aku bermain dengan banyak lelaki tanpa mendapatkan apapun dari mereka. Dan kalian tahu? Ternyata pak Tomo(dosen pembimbing) ku ini adalah seorang germo yang cukup terkenal dikalangan para pejabat. Ia menawariku untuk menjadi pelacur bagi para pejabat tinggi dari berbagai kota, yang sedang mencari kesenangan ditengah aktivitas kesibukan mereka, terutama ketika mereka mengunjungi kotaku. Tanpa berpikir panjang tentu aku menerima tawarannya. Tak kusangka, sebentar lagi aku akan menjadi pelacur eksekutif dengan bayaran yang tinggi. Seorang Nidah Kirani akan menjadi pelacur dengan bayaran yang tinggi! Hahahaa.....

Panggung 3

Ya, benar kata Nyai Kartareja, inyong adalah seorang ronggeng dan indang ronggeng masih bersemayam dalam tubuh inyong. Yaaa.. INYONG ADALAH SEORANG RONGGENG DUKUH PARUK!

(Menari tarian ronggeng)

Scene 4

Panggung 1

Firdaus berbaring di pangkuan Madam

Firdaus : “Semua perempuan adalah pelacur dalam satu atau lain bentuk.

Nidah : “Tidak ada seorangpun yang mau dilahirkan sebagai seorang pelacur”

Srintil : “ Kau harus benar-benar sadar rasus bahwa inyong bukanlah seorang pelacur. Inyong adalah seorang ronggeng yang harus mengikuti tradisi yang ada

Firdaus : “Karena aku seorang perempuan yang cerdas, maka aku lebih memilih menjadi seorang pelacur bebas dari pada menjadi seorang isteri yang diperbudak.”

Madam : “Ya, kau benar bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu dan tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh seorang istri yang diperbudak.”

Firdaus : “Dengan demikian aku mengatakan bahwa semua lelaki apapun profesinya; Para bapak, paman, suami, pengacara, dokter, wartawan, aktivis adalah seorang penjahat”

Srintil : “Sekali lagi kalian harus ingat bahwa inyong bukanlah seorang pelacur. Inyong hanya seorang ronggeng.”

Nidah : “ Apa yang salah dari kata pelacur? Toh kita semua adalah pelacur dalam wujud lain.”

Madam : “biarkan saja orang menyebutku seorang pelacur, karna aku memang seorangf pelacur”

Firdaus : “ Ya, Aku juga pelacur.”

Srintil : “Inyong bukan pelacur.”

Nidah : “Kita semua adalah pelacur!.”

Madam : “Aku adalah seorang pelacur.”

Firdaus : “Aku juga seorang pelacur”

Srintil : “Inyong bukanlah seorang pelacur”

TAMAT


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukun-dukunan

Kisah Cinta Hari Rabu

Pagi Bening