ELA ELO

 “ELA ELO

(Annisa Wr)


Nama Aktor:

  • Nining (23 tahun) Karakter: Gegabah dan mudah terpengaruh.
  • Susan (20 tahun) Karakter: Bijak, baik, dan mudah percaya.
  • Yuli (16 tahun) Karakter: Lugu dan penurut.


Scene 1

Yuli pergi ke dapur untuk mengambil ubi dan pisau kemudian yuli duduk di ruang makan sambil mengupas kulit ubi.

Yuli : (nyanyi gundul-gundul pacul)

Susan : (mengambil kelapa dan parutan di dapur kemudian duduk di sebelah Yuli) “Yul, mbak kan sudah bilang untuk mengecek persediaan telo, sudah kamu lakukan apa belum?”

Yuli : “loh iya mba, Yuli Lupa. Tapi, kayaknya masih cukup buat besok.”

Susan : “Yul yul, pelupa kamu ini. Ya sudah nanti mba minta tolong ke Pak Slamet untuk mengambil telo di kebun. ”

Yuli : “Hehe maaf ya mba.”

Susan : (melihat cara Yuli mengupas telo) “Jangan tebal-tebal Yul, nanti rugi.”

Yuli : “Loh ketebalan ya mba?”

Susan : “Iyaa”

Yuli : (menunjukkan hasil kupasannya) “Segini ya mba?”

Susan : “Nah.”

Yuli : (Mengupas ubi sambil bersenandung lagu sluku sluku bathok) “Sluku-sluku bathok, bathok e ela elo, sirama menyang solo, leh olehe payung mutho…….Lolo loba……Ora obah (kebingungan).

Susan : (Ketawa kecil) “Gimana sih Yul. Sluku Sluku Bathok….”

Yuli dan Susan nyanyi bersama.

Yuli : “Ternyata liriknya sulit dihafal ya mba.”

Susan : “Enggak kok, itu emang kamu saja yang belum hafal.”

Yuli : “Tapi, memang bahasanya sulit dipahami mba.”

Susan : “Sulit dipahami? Lolololo jangan salah dulu lagu ini diciptakan oleh Sunan Kalijaga untuk sarana dakwahnya. Selain itu lagu ini juga mempunyai makna yang sangat dalam.”

Yuli : “Makna, makna apa mba?”

Susan : “Intinya lagu ini untuk mengajak orang-orang melakukan sholat dan mengingatkan kepada orang-orang bahwa Allah itu suka orang yang bertaubat dan berbuat baik.”

Yuli : “Oala gitu ya mba.”

Susan : “Iya. Sudah Yul, ini sudah cukup kamu rendam dulu sana!” 

Yuli : “Aaaa mba, Yuli capek, Yuli melipat baju saja ya?”

Susan : “Ya sudah.”

Yuli berjalan menuju lencak untuk melipat baju, Susan ke dapur untuk merendam ubi. Kemudian bersiap untuk pergi ke warung.

Susan : “Yul, mba pergi ke warung dulu ya, nanti kalau sudah selesai kamu istirahat!”

Yuli : “Di warung sama Mba Nining ya mba?”

Susan : “Iya, tapi nanti Mba Nining pulang, mba yang gantiin.”

Yuli : “Oala iya mba.”

Susan : “Mba berangkat ya Yul.”

Yuli : “Iya mba hati-hati.”

Susan : “Iyaa.”

Susan meniggalkan panggung, Yuli melipat baju.

Yuli : “Loh, ini bajunya Mba nining? Sudah jelek gini kok masih dipakai mba mba.” (ketawa kecil)

Setelah selesai melipat baju Yuli pun mengantuk dan memutuskan untuk istirahat. Yuli tertidur kemudian mendesah kesakitan di atas lencak. Ia hanya merasakan sakit tanpa tahu (melihat & mendengar) alasan dari rasa sakit itu. 

Yuli : “Ah..Ah..Ah...” (mendesah kesakitan)

Lampu di atas yang berada di depan lencak menyala lap..lap.. ketika lampu menyala (secara lap..lap..)di hadapan Yuli sudah berdiri sesosok genderuwo.

Yuli : “ Aaaaaa! Apa itu….. aaaa ” (menjerit histeris)


Scene 2

(Adegan dapur) nining berjalan menuju dapur untuk menghangatkan makanan sambil bernyanyi lagu sakit gigi. Kemudian Susan datang. 

Susan : “Masih lama ya mba”

Nining : “Eh engga kok, ini tinggal ngangetin saja. Sudah cepat panggil Yuli!”

Susan : “Iya mbak.”

Susan : “ Dek Yul.. Yuli.. ayo makan!”

Yuli datang dengan tangan yang memar kemudian duduk di tempat makan. Namun, Yuli menyembunyikan memar yang ada di tangannya serta menutupi rasa sakit akibat kejadian yang telah dia alami.

Susan : “Tumben mbak masak sedikit?”

Nining : “Lha biasanya mbak masak banyak juga gak dihabiskan.”

Susan : “Hehe.. iya sih.”

Nining : “Oh iya San, gimana Pak Slamet sudah kamu kasih tau belum?”

Susan : “Sudah mbak, kemungkinan hari ini mengambil telonya di kebun.”

Nining : “Oala ya sudah. Nanti kamu bawa sebagian telonya ke rumah dan sisanya biar dibawa Pak Slamet ke warung!”

Susan :”Iya mba.”

Susan : (melihat memar yang ada di tangan Yuli) “Kenapa Yul, kok bisa memar begitu?”

Yuli : (Menggelengkan kepala dan masih menutupi kejadian yang dialaminya)

Susan : “Apa Yul, apa yang kamu sembunyikan?”

Yuli : “Tidak mbak, tidak ada apa-apa.”

Susan : “Kalau tidak ada apa-apa kenapa bisa memar begitu?”

Nining : “Ayo Yul cerita!”

Yuli : “Sebenarnya semalam aku habis jatuh dari lencak mba.”

Susan : “Kok bisa sampai jatuh Yul?”

Nining :  “Makanya jangan banyak tingkah.”

Yuli : “Bukan begitu mbak, tapi…”

Susan : “Tapi kenapa Yul? Ayo cerita! Masa sama saudara sendiri tidak mau cerita.”

Yuli : (Menghela nafas) “Begini mbak, beberapa hari terakhir ak mimpi buruk, dan mimpinya seperti ada yang menyetubuhiku. Aku merasakan sakitnya mbak dan aku juga merasakan rasanya.”

Susan : “Disetubuhi bagaimana Yul?”

Yuli  : “Ya disetubuhi mbak, tapi anehnya, rasa sakit dan memar yang ada di tubuhku terbawa hingga aku bangun. Lalu aku melihat sesosok makhluk bertubuh besar berdiri tepat di depanku mbak yu..! Aku tidak mengerti, apakah yang ku lihat tadi memang sungguh terjadi..atau hanya sekedar halusinasi. Aku takut mbak yu..sangat takut.” (menahan tangis sambil berdiri ke sisi kiri meja makan)

Nining : “Sudahlah Yul, tidak ada hal-hal seperti itu.”

Susan : “Iya Yul, mungkin itu hanya halusinasimu saja. Kamu kan sering bermimpi buruk.”

Yuli : “Tidak mbak, yang aku ceritakan ini benar-benar nyata, aku melihat dengan nyata mahluk itu, sangat menyeramkan berada tepat di depan mataku.”

Nining  : “Itu tidak mungkin Yuli, kamu jangan mengada-ada, sebelumnya tidak pernah ada kejadian seperti itu di rumah ini.”

Yuli : “Aku tidak bohong mbak, kejadian itu benar-benar ku alami. Sudahlah, mbak Nining tidak percaya sama aku”

Susan : “Udah Yul, udahlah mbak. Ayo makan dulu.” 

Yuli : “Tidak mbak aku sudah kenyang, lebih baik aku istirahat saja.”

Susan : “Mbak…” 

Nining : “Sudah biarkan.” 

Yuli meninggalkan panggung

Susan : “Sini mba biar aku saja!”

Nining : “Sudah biar mba saja.” (membereskan piring bekas makan)

Susan : “Mba aku mau nyusulin Pak Slamet dulu ya.”

Nining : “Iya hati-hati.”

Susan : “Iya mbak.”

Setelah selesai membereskan piring Nining berjalan menuju kamar, kemudian Nining melihat foto kedua orang tuanya 

Nining : (Mengambil foto di dinding) “Gara-gara kalian. Bagaimana bisa kalian menjebakku dengan pilihan yang tidak masuk akal ini? Yuli atau masa depanku? Bagaimana bisa aku memilih salah satu dari keduanya? Aku menyayangi Yuli Pak Buk. Tapi itu tidak berarti aku harus mengorbankan masa depanku, pernikahanku dan keturunanku. Apakah ini saatnya?” (sembari membanting pigora)

Yuli memasuki panggung dalam keadaan sudah dirasuki. Kemudian duduk di lencak.

Nining : “Yul, Apakah kau mendengarnya? Bukan begitu maksud mbak tapi…” 

Yuli : “Hahahahahah” (Yuli berdiri)

Nining : (mulai kebingungan) “Yul, Yul, ini mbak Yul.”

(Nining mundur mundur ketakutan, Yuli terus maju berhadapan dengan Nining kemudian Yuli pingsan)

Nining : “Iya. Ini sudah saatnya.”

(Nining mengambil sesaji untuk pengambilan roh Yuli. Kemudian memindahkan Yuli ke lencak. Nining menyalakan lilin, menabur bunga kemudian mulai membaca mantra.)

Yuli : “Hahahaha….” (bangun, turun dari lencak kemudian memutari Nining yang sedang ritual sambil tertawa, mengambil pisau di dapur dalam keadaan dirasuki)

(Susan kaget melihat Yuli membawa pisau dan berniat menghentikan Yuli)

Susan : “Astagfirullah…. Yul, Yuli, itu bahaya Yul…”

(Yuli menatap Susan dan segera membunuh Susan. Setelah itu Yuli membunuh dirinya sendiri sambil tertawa. Nining tersadar)

Nining : “Aaaaaaaaaaa….” 

(Nining kaget melihat kedua adiknya sudah tidak bernyawa. Nining sangat terpukul hingga akhirnya terkena gangguan jiwa kemudian pergi meninggalkan ruangan sembari tertawa)


 (Lampu redup kemudian padam)

~musik dimainkan


Link pementasan https://youtu.be/GzrW6ib4cKU


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukun-dukunan

Kisah Cinta Hari Rabu

Pagi Bening