TARI PETIK LAUT
NASKAH PETIK LAUT
Devisi Tari
Petik laut adalah sebuah upacara adat atau ritual sebagai rasa syukur kepada Tuhan untuk memohon berkah serta keselamatan yang dilakukan oleh para nelayan. Terjadinya petik laut dikarenakan para nelayan mengalami musibah paceklik (musim kekurangan bahan makanan atau masa sulit) musim paceklik atau biasa di sebut musim angin barat biasanya terjadi pada awal bulan desember hingga pertengahan februari setiap tahunnya. Dengan kondisi cuaca tidak bersahabat ini para nelayan di desa Branta Pesisir Pamekasan mengalami kesulitan dalam mencari ikan, faktor cuaca buruk seperti ombak yang cukup besar yang mempengaruhi aktivitas nelayan dalam mencari ikan. Pada saat itu juga banyak para nelayan yang mengalami musibah saat mencari ikan karna melawan cuaca yang buruk, akibatnya tidak sedikit para nelayan yang jatuh atau bahkan kapal yang mereka tumpangi terbalik saat mencari ikan. Dengan adanya musibah yang menimpa inilah akhirnya masyarakat dan para nelayan berinisiatif untuk melakukan acara do’a bersama supaya diberikan keselamatan dan dilimpahkan rezekinya saat mencari ikan.
Musibah paceklik ini terjadi pada tahun 80-an, yang dimana upacara petik laut tersebut telah disetujui oleh seluruh warga Branta Pesisir Pamekasan dan para tokoh agama juga para sesepuh. Upacara Petik laut ini dilaksanakan 1 tahun sekali dengan kesepakatan warga Branta pesisir pamekasan yang dimana dalam upacara tersebut mengikut sertakan masyarakat desa setempat, nelayan dan para tokoh agama juga kepala desa dan bupati.
Proses upacara petik laut ini dilaksanakan selama 7 hari sebelum acara inti, yang dimana acara tersebut diawali dengan pembentukan panitia, pengecetan kapal atau menghias kapal, pembutan larung sesaji sampai menuju acara inti. Pada hari ke-1 dan 2 diadakan acara menghias kapal atau pengecatan kapal para nelayan yang ikut serta dalam upacara tersebut, selanjutnya pada hari ke-3 di adakan acara khotmil qur’an yang dalam acara ini diikuti oleh seluruh masyarakat, para tokoh agama dan sesepuh desa. Dilanjutkan dengan acara santunan anak yatim yang dilaksanakan pada hari ke-4, kemudian di hari ke-5 masuk pada acara inti yakni upacara petik laut, dan di hari ke-6 dan 7 adalah acara hiburan untuk para warna sebagai penutup.
Pada acara inti terdapat do’a Bersama yang diadakan diatas panggung yang telah disediakan dibalai desa, doa tersebut dilakukan oleh semua warga desa dan seluruh tokoh masyarakat. Selanjutnya yakni upacara petik laut adapun persiapan yang dilakukan yaitu mempersiapkan tempat untuk upacara yang biasanya disebut “larung sesaji” yang berisi (kembang tujuh rupa dan jajanan pasar) kemudian larung saji tersebut digotong oleh beberapa warga Branta Pesisir Pamekasan dari balai desa sampai ke dermaga sambil diiringi drum band, kemudian larung saji diletakkan disalah satu kapal nelayan dan dibawa ketengah laut, Sebelum bitek dilarung (dihanyutkan) masyarakat menggelar do’a Bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat dengan harapan akan menambah hasil tangkapan nelayan dimasa paceklik, bau kemenyan dan kembang tujuh rupa seolah menambah suasana do’a bagi masyarakat Branta Pesisir Pamekasan semakin hikmat. Semua jenis sesaji didalam bitek mengandung nilai filosofi kehidupan sehari-hari. Kembang tujuh rupa melambangkan jumlah hari dalam upacara petik laut tersebut. Maksud dari filosofi bunga tersebut agar kehidupan masyarakat senantiasa bermanfaat, memberikan rasa damai kepada sesama. Setelah sampai ditengah laut masyarakat menaburkan bunga, setelah itu mengambil air laut kemudian disiram kekapal nelayan supaya diberi keselamatan saat mencari ikan. Setelah ritual tabur bunga para nelayan kembali ke dermaga.
Dahulu masyarakat melakukan upacara petik laut hanya dipesisir dan menabur bunga tanpa ada rentetan acara seperti diatas. Karna sudah menjadi tradisi, upacara petik laut yang dilakukan oleh masyarakat Branta Pesisir Pamekasan ini, mengandung unsur budaya karna dalam rangkaian kegiatan petik laut yang ditampilkan yaitu semua jenis kesenian tradisional madura bahkan kata bupati tradisi petik laut ini bisa menjadi wisata budaya tersendiri dimadura, yang diharapkan oleh pemerintah nantinya bisa menarik para wisatawan luar daerah, untuk datang ke madura khususnya dipantai pamekasan, apa lagi di desa branta pesisir Pamekasan.
SIMBOL GERAKAN TARI PETIK LAUT
Gerakan tari petik laut diambil dari alur kegiatan petik laut yang dilakukan di deda Branta Pesisir. Adapun alur kegiatan petik laut sebagai berikut:
1. Peristiwa paceklik
2. Pengecetan kapal
3. Membuat larung sesaji
4. Acara hiburan
5. Menyiapkan larung sesaji
6. Menggotong larung sesaji ke dermaga
7. Berdoa bersama
8. Menghanyutkan larung sesaji
9. Menabur bunga ke laut
10. Menyiram kapal dengan air laut
Penyimbolan Gerak Tari Petik Laut
Simbol | Keterangan |
| Peristiwa paceklik |
| Kegiatan pengecetan kapal |
| Membuat larung sesaji |
| Acara hiburan |
| Menyiapkan larung sesaji |
| Menggotong larung sesaji ke dermaga |
| Berdoa bersama |
| Menghanyutkan larung sesaji |
| Menabur buga ke laut |
| Menyiram kapal dengan air laut |
Link Pementasan https://www.youtube.com/watch?v=MPWuH4C_k6o&t=133s
Referensi :
Wulandari, Widia. 2013. Mitos Dalam Upacara Petik Laut Masyarakat Madura Di Muncar Banyuwangi: Kajian Etnografi. Skripsi. Universitas Jember, http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3819, diakses tanggal 18 November 2021
http://cacienk-cc.blogspot.com/2011/10/petik-laut-branta-pesisir.html?m=1, diakses tanggal 18 November 2021
https://m.antaranews.com/berita/265360/tradisi-larung-sesaji-petik-laut-di-madura, diakses tanggal 18 November 2021
Wawancara dengan narasumber bapak Bambang dan bapak Fairuzan, dilakukan pada 18 November 2021 di Desa Branta Pesisir Pamekasan.
Komentar
Posting Komentar