Ragapadmi

 RAGAPADMI

Karya: Teater Sabit

Adaptasi dari naskah Bangsacara karya Hendri

Adegan 1

(Di suatu kerajaan yang dipimpin oleh raja yang adil, bijaksana. Raja sedang risau karena permaisurinya yang cantik diantara selir-selirnya terkena penyakit kulit yang tak kunjung sembuh)

Sinden : Suatu hari Putri Ragapadmi diserang penyakit kulit, seluruh badan yang halus mulai membusuk, raja mulai tidak selera dan benci atas penyakit yang di derita oleh Ragapadmi maka memanggillah Bangsacara.

(Keluarlah Prabu Bidarba bersama permaisuri Ragapadmi disambut oleh Bangsacara dan Bangsapateh) (musik)

Bangsacara : “Ampun baginda, ada apa baginda raja memanggil hamba?”

Raja Bidarda :“Bangsacara! Hari ini kuserahkan permaisuri Ragapadmi kepadamu, bawalah ke luar dari istana secepatnya, itu akan lebih baik”.

Bangsacara : (dengan kaget dan gugup ) ”ampun…beribu ampun baginda, bukannya hamba menolak.

Tapi apakah tidak ada jalan lain selain ini baginda?”

Raja Bidarda : “Adipati Bangsacara, ini adalah titahku! Apa kamu mau membangkang?” (ucap Raja dengan hati bingung)

Bangsacara : “Baiklah baginda, perintah baginda hamba laksanakan. Hamba mohon pamit”. (tertunduk, sambil membawa permaisuri Ragapadmi ke luar dari istana)

(Ragapadmi pergi dengan Bangsacara, hatinya terluka, pedih mendengar suaminya telah mengusirnya dari kerajaan)

Adegan 2

(Bangsacara membawa permaisuri Ragapadmi ke luar dari istana menuju rumahnya. Sesampainya di sana ibu Bangsacara sedang berada di depan rumah) (musik kentongan pelan)

Sinden : “Dengan berat hati Bangsacara membawa permaisuri Ragapadmi ke luar istana menuju rumah ibu Bangsacara untuk diobati.”

Bangsacara : “Ibu….(memberi salam kepada ibu)

Ibu : (menoleh kepada Bangsacara), “Bangsacara anakku, ibu merindukanmu…. (menghampiri Bangsacara) siapa dia? Ajak dia kemari Bangsacara” (bermaksud kepada Ragapadmi)

Ragapadmi : “Saya adalah Ragapadmi ibu”

Bangsacara : “Ibu… permaisuri Ragapadmi saat ini sedang sakit. Tolong obati dan rawatlah dia ibu”

Ibu : “Iya anakku.” (sambil menganguk-angguk, dengan hati bahagia kedatangan tamu permaisuri dari Raja) dengan senang hati ibu akan mengobatinya.

Bangsacara : “Maaf Ibu aku pamit harus kembali ke istana, kutitipkan permaisuri.”

Ibu : “Hati-hati anakku Bangsacara.” (sedikit menjauh dari Bangsacara dan Ragapadmi) Ragapadmi : (melihat Bangsacara) “terimakasih, adipati Bangsacara.”

Bangsacara : “Hamba mohon pamit tuan putri. Ibuku akan merawatmu.”

Ibu : “Ayo tuan putri, aku akan mengobatimu. Sabar ya… berdoalah semoga engkau diberikan kesembuhan.” (dengan penuh kasih sayang)

Adegan 3

(Beberapa bulan pengobatan ibu Bangsacara kepada Ragapadmi. Begitu sabar dan penuh kasih sayang. Ibu Bangsacara telah menganggap Ragapadmi seperti anaknnya sendiri. Wajah Ragapadmi sudah sembuh dan semakin cantik)

Ibu : “Oh…tuan putri, begitu cantiknya engkau.”(membelai rambut dan wajah putri)

Ragapadmi : “Ibu, tak usah engkau memanggil aku tuan putri. Aku bukan lagi selir raja. Aku telah diusir dari kerajaan, diceraikan oleh raja.”

Ibu : “Tapi tuan putri?”

Ragapadmi : (dengan segera memotong perkataanya), “tidak apa-apa ibu...” Ibu : “Baiklah tuan putri, istirahatlah dulu…”

Sinden : Setelah tinggal cukup lama bersama Ibu Bangsacara, keadaannya sekarang berubah Ragapadmi akhirnya sembuh semakin cantik seperti dulu. Bangsacara yang lama tidak pulang akhirnya pamit sebentar kepada baginda Raja Bidarba untuk melihat kondisi Ragapadmi.

Bangsacara : “Ibu… aku pulang (memberi salam kepada ibu) siapakah perempuan cantik itu ibu?”

Ibu :“Bangsacara, itu tuan putri Ragapadmi sudah sembuh. Sapalah dia…”(meninggalkan Bangsacara dan Ragapadmi)

Bangsacara : “Oh… ternyata tuan putri sudah sembuh. Sekarang hamba harus membawa tuan putri kembali ke istana”.

Ragapadmi : “maaf adipati, aku tidak bisa kembali kepada Raja. Dia telah mengusirku”. Bangsacara : (bersimpuh dan menunduk) “Ampun tuan putri, hamba tidak berani”.

Ragapadmi : (merangkul Bangsacara agar tidak bersimpuh) “Jangan panggil aku tuan putri…. Seperti yang kukatakan pada ibumu, aku bukan lagi selir raja. Aku telah diusir dari istana. Jika kau tahu, teriris hatiku saat aku mendengar perkataan raja kemarin, menyuruhmu membawa aku ke luar dengan penyakit dan bau amis di tubuhku ini.” (dengan suara meninggi)

Bangsacara : “Maafkan hamba tuan putri”.

Ragapadmi : “Ini bukan salahmu, tapi pasti ada orang yang telah meracuni pikiran raja. Sehingga aku harus diusir ke luar dari istana. (menoleh ke Bangsacara) Aku masih ingat kau yang

menyelamatkanku dulu dari jajahan perompak. Saat itu kau menatapku dengan tatapan bukan biasa. Tetapi setelah aku dipanggil ke kerajaan dan menjadi permaisuri raja, kau tak berani menatapku dan berbicara padaku. Karena aku tahu kau sangat menghormati raja.”

Bangsacara : (terdiam)

Ragapadmi : “Kenapa kau diam? Aku bukan lagi istri raja. Dan aku tahu kau adalah lelaki yang baik untukku adipati.”

Bangsacara : “Tapi apa yang akan aku katakana pada raja?” Ragapadmi : “Tak usah kau katakan apapun pada raja.”

Bangsacara : (dengan gugup), “Baiklah tuan putri, semoga ibu merestui kita.”

Mereka menikah dan merasa bahagia… (Penari diikuti dengan musik bahagia)

Sinden : Bangsacara sudah lupa segalanya karena cintanya kepada Ragapadmi, mereka memadu kasih daan hidup bahagia, kejadian ini berjalan berbulan-bulan sehingga bangsacara lupa kembali ke kerajaan. Bangsapateh mulai curiga.

(Bangsapateh ke rumah Bangsacara memberikan surat kepada Bangsacara. Bangsacara dan Ragapadmi sedang berdua di depan rumah)

Bangsapateh : “Hemhh… Bangsacara!” Bangsacara : “Ada apa adipati Bangsapateh”

Bangsapateh : “Oh..ternyata tuan putri Ragapadmi sudah sembuh. Ah.. biarlah itu bukan urusan saya, ini ada surat dari istana, kau mendapat titah dari Raja”.

Bangsacara : “Baiklah adipati Bangsapateh”

Bangsapateh : “Aku, langsung ke kerajaan” (memberi hormat pada tuan putri Ragapadmi) (Bangsacara membaca surat tersebut)

Ragapadmi : (mulai gelisah dan khawatir) “Ada apa akang Bangsacara?” (dengan perasaan sedih)

Bangsacara : “Tenanglah istriku, Raja hanya menanyakan kabarku, dan menyuruhku berburu Rusa di pulau Mandangin”.

Ragapadmi : “Tadi malam aku mimpi buruk akang. Janganlah pergi ke pulau itu. Aku tak izinkan.

Bangsacara : “Tenanglah istriku, aku sudah terbiasa berburu Rusa di sana. Lagi pula aku juga akan ditemani si Caplo dan Tandhu”. (meyakinkan Ragapadmi yang terlihat sangat cemas)

Ragapadmi : (diam) “Tapi akang…”

Bangsacara : “Akang ambil anak panah dulu, dan setelah itu izinkan akang berangkat.” Ragapadmi : “Biar Ragapadmi saja yang mengambilnya akang.”

Sinden : Diceritakan Bangsacara pamit kepada istrinya (Ragapadmi) lalu berangkat berlayar ke pulau Mandangin untuk berburu rusa ditemani kedua anjingnya si Caplo dan Tandhu. Dan diikuti oleh Bangsapateh.

(Setelah mengambil anak panah Bangsacara pergi bersama dua anjing kesayangannya untuk berburu di pulau Mandangin. Tanpa sepengetahuan Bangsacara, ternyata Bangsapateh membuntuti Bangsacara dari belakang dengan dua prajuritnya. Terjadi pertikaian antara Bangsacara dengan Bangsapateh)

Bngsapateh : “Kali ini adalah kesempatanku untuk merenggut nyawa Bangsacara.” (keris ditancapkan oleh Bangsapateh ke Bangsacara yang sedang berburu)

Bangsapateh : “Akhirnya kau mati di tanganku juga Bangsacara….! Hahaha .” Bangsacara : “Biadab kau Bangsapateh.” (sambil merintih kesakitan)

Sinden : Dua ekor anjing Bangsacara pulang dan memberikan isyarat kepada Ragapadmi untuk menyusul suaminya ke pulau Mandangin. Tiba di pulau Mandangin dia melihat suaminya sudah meninggal terkena keris, tanpa pikir panjang Ragapadmi mengambil tusuk konde di rambutnya dan ditancapkan ke tubuhnya.

Ragapadmi : “Akang lebih baik, aku mati bersamamu…. Akhhh…” (Ragapadmi mati bersama Bangsacara)

Sinden : Sepasang kekasih akhirnya meninggal di pulau Mandangin kedua anjing setia yang bernama Capllo dan tandhu menunggu siang dan malam lupa makan dan minum akhirnya mati mengikuti tuanya. Itulah kisah legenda cukup kesohor di Madura yang tak mungkin dilupakan.

SEKIAN

“Apa Aku Bahagia Saat Kamu Melihat”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukun-dukunan

Kisah Cinta Hari Rabu

Pagi Bening