Dongeng Penyair Bir
Oleh: Kopet Petteng
(Di ruang tamu. Meja sebelah kiri, di samping kanan kursi. Kemuidan
Masuk dengan sinden Madura. Membawa miras yang sudah di salin wadahnya pada
botol plastik. Setelah itu behenti. Dan memandangi meja kemudian ke kursi itu.
Memindahkan kursi lalu Duduk).
Sekarang orang-orang sibuk dengan titah kebenaran! Merasa dirinya yang paling
hebat! Padahal membunuh kekuatan nafsunya saja hal paling sulit. Bagaimana
tidak! Dari matahari terbit sampai tenggelam hanya bersanding dengan
kebohongan! Dari bulan mulai berangkat
hanya memikirkan keunggulannya saja!
Tak ada yang merasa tidak mampu! Bahkan mendahului yang maha mampu!
Seolah pencipta sudah menjelma dalam diri. Hampir dari semua orang sama,
sama-sama merasa unggul dan dikuasai uang. termasuk diriku.
(Merasa kecowa memanjat pada betisnya. Lalu dengan nada agak
keras ia berucap) Hei, kenapa kau naiki
betisku! kau tak bisa kalau tak ganggu , mala mini saja. Hei jangan ganggu aku
kecowa gila. Ayo turun (Kecowa naik ke perut) Turunlah.(Kecowa itu menangkap tepatnya dileher. lalu melemparnya
ke tanah) Kecowa kurangajar! jangan lari
kau! Seperti koruptor saja. Habis buat tak mau bertanggung jawab! Sini, biar
kucincang kau! (Memukuli kecowa dengan botol plastik berkali-kali. Lalu menginjaknya
sambil memisui). Hehehe. Kau ingin
membebaskan diri rupanya. Semua orang seperti kamu. Ingin membebaskan diri dari
masalah yang diperbuat! Aku sudah membebaskamu. Kau tak lagi kena pukulanku.
Sebab kau sudah ku antar ke tampat di mana makhluk tidak akan kembali lagi. Aku
benar-benar membebaskan dirimu. (Duduk ditempat waktu memukul. Mengubah Espresi
secara perlahan dengan santai). Sebenarnya
aku juga ingin bebas.
(Meminum air dari botol yang dipegangnya. Setelah selesai
minum dia melihat botol dengan kaget, lalu berkata). Kamu juga ingin bebas? Jadi kamu tak mau menemaniku lagi? Setiap aku
beli bir atau arak, langsuku salin ke kamu! Ternyata kau malah tidak mau
bersama ku lagi, dan mau membebaskan diri dari arak! Apa? kamu ingin terbang
seperti burung? Baiklah, silahkan pergi. (Melempar botol ke belakang, dan
langsung menoleh karena bunyi ceret saat menyentuh lantai). Kenapa kamu masih di situ? Katanya kamu mau
terbang seperti burung? Ayo aku sudah mengijinkan kamu. Silahkan keluar dari
rumahku. Apa kamu bilang? butuh proses untuk menjadi seperti burung! Apa
kaubilang?coba kau ulangi! Kurang! Kau mengatakan aku rakus dan tak pernah
bersyukur! Jangan lari kau! biar ku robek mulutmu yang tak tau aturan itu! Jangan lari bangsat! Kamu sama saja dengan ku,
yang tak pernah merasa puas dengan apa yang kau miliki! Sini kamu! (Mengangkat
ceret secara cepat ke atas meja. Lalu memukuli habis-habisan) hahahaha. Mau larikemana lagi kau (Lalu
behanti. Menatap botol lalu mengangkatnya) Kenapa
kamu menangis? (dengan nada rendah) Sakit?
Hatiku lebih sakit dari pukulan tadi!(serentak nada keras). Kalau kau bersediha aku juga ikut bersedih.
Aku merasa bersalah memaksamu untuk menjadi apa yang kau mau. Maafkan aku.
baiklah, aku tidak memaksamu lagi. Jangan menangis (Sambil menangis).
(Berhenti lalu botol) kenapa kau berteriak? Kau membohongiku?
(Marah) kurangajar! (melempar botol keatas sampai duakali) Mentang-mentang sudah bisa terbang! Tunggu tunggu aku (Berkeliling
di panggung, dan melempar botol keluar panggung).
(melihat tongkat). Sum
kau kah itu? Kasihku, sudah lama kamu di situ? Dengan gaun merah, kau tampak
lebih cantik. “sumiati lek seraddhin manis, penaklok bulen purnama”. Kalau
senyummu seperti itu terus, bahagiaku abadi akan dirimu. Kemarilah sayang. Aku
akan melepas rindu padamu. “seraddin manis onggu bibirre. Ate kule neka’ gileh,
panengennengah cek sopanah sampek kule du taresna”. Baumu harum bagai mawar
yang baru lahir. (Marah) kenapa
dengan matamu sum? Aku melihat dimatamu tak ada lagi wajahku. Kau menghianati
cintaku sum? Susah-susah aku menjaga wajahmu dengan mataku, kau malah membuang
wajahku jauh-jauh. Kurang ajar kau sum! Tak tau akan derita yang menimpaku!
Bangsat! (Membalikan bangku dengan ganas, jongkok di balik bangku dan
menusuk perutnya). Aku benci kamu sum.
(lampu mati bersamaan dengan tusukan).
(Selesai).
Tokoh: berumur 26
Karakter: pemabuk
Penghayal
Cetak
Miring: dialog
Dalam
kurung: Penjelasan
9-3-17 Bangkalan
Komentar
Posting Komentar